Sabtu, 25 September 2010 saya menghadiri pemutaran Q Film Festival di CCF Salemba.. Sesi kali ini ialah Royston Show Lah... memutarkan 4 film pendek milik Royston Tan, sutradara asal Singapura.
Kalo dijelajahi lewat gugel banyaklah karya2 dia yang sudah mendunia bahkan menghebohkan! Ambillah contoh film pendeknya berjudul ‘15' yang menggambarkan daerah kumuh dan mafia di Singapura. Hal yang tabu untuk Negara Singapura dan akhirnya malah membuat film2 Royston dicekal dinegaranya sendiri karena alasan mengancam keamanan negeri. Bayang pun! Saya makin penasaran seperti apa filmnya dia yang ‘15' itu :D *tinggal dicari aja sih di gugel mudah2an dapet*
Sayangnya.. dalam pemutaran kemarin '15' tidak ada dalam listnya, tak membuat saya kecewa karena 4 film yang dibawanya bisa mengaduk2 perasaan saya dan bisa bikin mewek karena ingat ibu atau bapak dan bahkan bisa ngakak sengakak-ngakaknya karena film komedi satirnya yang nyelekit namun menghibur.
Saya beri sedikit ulasan dan komentar saya akan 4 filmnya ya :
Anniversary | 16 menit |2009|bahasa inggris
Ini film pendek tentang kesetiaan gay, lembut, indah dan manis menurut saya.. Saya sebagai cewe sih amat sangat dimanjakan dengan pemeran prianya yang ganteng2 semua.. begitu juga dengan pria2 yang duduk disebelah saya di dalam ruang sinema CCF hehehe....
Mungkin sebagian orang akan risih menonton dua pasang pria sedang memadu kasih tapi kalo untuk saya sih itu tidak terlalu mengganggu. (ya tinggal bayangin aja yang salah satu itu cewe :p masalah persepsi beres kan?)
Ceritanya sih tentang relationship antara 2 orang pria yang bentar lagi mau merayakan anniversary-nya. Kampanye tentang AIDS di sini juga kental sekali, malah saya pikir ini ialah film pendek kampanye tentang pemeriksaan dini AIDS.
Little Note|15 menit|2009
Ini film yang bikin saya mewek!
Menceritakan tentang hubungan ibu dan anak dari kecil hingga dia dewasa dan akhirnya harus pergi berpisah dengan sang ibu. Sebagai anak yatim, sang anak selalu diolok2 oleh teman2nya di sekolah namun sang ibu selalu mendukung dan meyakinkan pada anak untuk "Tidak takut".
Sons|10 menit|2000|bahasa china teks inggris
Hampir mirip dengan cerita Little Note, bedanya ini bapak dan anak dan cara penceritaan dari sisi sang Bapak. Lagu mandarin yang mengiringi film ini bikin ngantuk dan membosankan. Dan seperti itulah sang Bapak sebegitu membosankannya untuk si anak. Maka Bapaknya tak pernah dianggap, masakannya tak pernah dimakannya dan pulang ke rumah pun jarang. Hingga yang dirasakan ialah kesepian yang amat sangat untuk si bapak.Penuturan ceritanya seperti berpuisi (dlm bahasa mandarin) di bacakan oleh sang bapak. Kalo benar2 menyimak film ini (dalam kantuk tentunya) sungguh kata2nya indah dan mendalam sekali...
Cut|16 menit|2004
Ini dia film yang bikin aya ngakk guling2, film ini mengkritisi masalah sensorship di Singapura. Semuanya diceritakan jelas di film ini dengan komedi dan tari (operet). Satu yang paling saya tangkap: Lembaga sensor Singapura menyensor film2 yang masuk untuk melindungi masyarakat singapura tapi siapakah yang melindungi Lembaga Sensor Singapura itu sendiri? Hahaha sumpah gw ngakak pas dengar statement itu.
Yang mengganggu dari film ini, tanpa teks Indonesia dan pemain mengucapkan bahasa inggris singapur dengan cepat, saya jadi harus tanya sana sini dulu biar ngerti :p hehe..
Oh iya film ini juga mendapat reaksi dan kecaman keran sari pemerintah Singapura, karena amat sangat mengkritik lembaga sensor mereka.
Usai nonton film2 Royston saya memuji dia untuk seluruh scoring lagu di semua filmnya, benar2 menyatu dengan film dan mampu membangkitkan emosi. Dan alur ceritanya pun pas tidak terlalu berlebihan dan banyak momen2 yang bisa bikin penonton langsung bereaksi melihatnya. Satu lagi catatan saya untuk film2 Royston, terutama Little Note dan Sons fotografinya bagus sekali.. memanjakan mata, tanpa harus saya kehilangan jalan cerita untuk mengaguminya.
Kok sepertinya saya terlalu memujinya ya? Heheh enggak juga kok, satu yang mengganggu saya ialah film2nya bersih, gambar dengan pencahayaan baik, kesannya seperti drama2 korea atau jepang yang sering saya tonton. Tak ada cacat sedikit pun. Menurutku sih kelebihannya yang berlebihan itulah kekurangannya...
Sekian laporan saya dari QFilm Festival, saya bersyukur bisa nonton sebelum terjadi demo dari FPI. heran banget padahal festival ini sudah diselenggarakan bertahun2 dan FPI ndak pernah bermasalah dg ini tapi tahun ini QFest mendadak jadi masalah. Bingung sama FPI semua2 dipermasalahkan? Curiga ini sengaja diangkat karena pengalihan isu deh...
Tapi dampak dari demo kemarin itu cukup besar buat penyelenggaraan QFest jadwal jadi kacau balau, sudah tidak sesuai lagi dengan jadwal yang dipampang di web mereka. Padahal banyak list film bagus yang saya nantikan pemutarannya. Juga dampak lainnya mundurnya The Japan Foundation dalam penyelenggaraan, praktis jadwal di Japan Foundation batal semua dan pemutaran cuma bisa dilakukan di Goethe House, CCF, Erasmus Huis dan Kineforum saja.
Gak mau berbanyak kata atas kejadian kemarin. Toh festival ini sudah selesai dan tetap berjalan walau ada perubahan di sana-sini. Tapi saya salut sama panitianya! Bikin festival itu tidak mudah, dan saya pernah merasakannya. Kuharap Q Film Fest tetap bisa diadakan tahun depan.
**artikel ini juga diposting di bicarafilm.com