Jumat, 28 Oktober 2016

Selamat 3 tahun nak!

Tanggal 23 Oktober 2016 lalu tepat Jagat berusia 3 tahun.

Gak kerasa nih anak udah gede, udah jadi bocah walau kelakuan masih kaya bayi. (Lah masih pake pampers dan doyan nangis) hehe..

Aga ngomongnya masih belum terlalu lancar, tp dia sudah bisa bercerita dan berceloteh macam-macam. Dan sudah mulai bisa menyanyi, walau kadang cuma kata2 reff lagu anak2 saja yg dia hapal. Seperti bagian "tut tut tut tuuut" nya lagu Naik Kereta Api. 

Banyak hal yang mengejutkan deh pokoknya. Walau mungkin tampak terlambat dibanding bocah seusianya. Tapi tetap bersyukur Alhamdulillah.

Oh iya Aga juga lagi pilih2 playgroup. Tapi
belum tahu akan dimasukkan di mana dan kapan. Sudah mencoba trial sih.. Ya doakan dalam tahun ini atau awal tahun depan sudah bisa masuk sekolah playgroup. Amin.

Aga yang cemong makan kue dan bapaknya.

Ada video lucu pas niup lilin ini... :))







Senin, 27 Juni 2016

Review komik anak: Komik Halal dan Haram

Keuntungannya punya tugas mereview ilustrasi buku ialah, bisa baca buku-buku baru yang kebetulan ilustrasinya saya yang mereview. Kebanyakan sih saya pegang buku anak muslim, komik anak, dan buku aktivitas.

Komik Halal dan Haram by Dian K dan Tethy Ezokanzo


Dan seneng banget saya kebagian jatah mereview buku Komik Halal dan Haram karya Dian K dan Tethy Ezokanzo. Ini komik ke-3 Dian K untuk seri buku muslim anak. Dua buku sebelumnya mba Dian K tandem bersama mba Aan W menulis Komik Sunnah itu Mudah dan Komik Akhlak dalam Al Quran. Melalui 2 buku sebelumnya ini Mba Dian K mengajak anak-anak untuk belajar melakukan sunnah yang mudah, serta perilaku akhlak muslim dalam Al-Quran. Dan 2 buku sebelumnya ini sudah terbit di Jepang loh, diterbitkan oleh Kaika Publishing. Wih kereen!


Komik Sunnah itu Mudah dan Komik Akhlak dalam Al-Quran


Gimana ceritanya dengan yang Komik Halal dan Haram ini? Kocak abis! Suer! Mba Dian selalu pandai mengemas kisah2 muslim untuk anak ini menjadi kisah yang komedi, seru dan menarik untuk di simak. Ditambah ilustrasinya dari Mas Wawan Kungkang yang yak ampun bikin ngakak :)) Ada banyak aksesoris pada komik yang mencuri perhatian dan bikin ketawa. Saya gak bisa jelaskan detil heheh daripada dicap spoiler :D Mending baca aja bukunya langsung :)

Tanpa terasa saya habis membaca 1 buku ini dan jadi belajar tentang apa itu halal dan haram lebih banyak. Haram itu gak cuma sebatas gak boleh makan daging babi, gak boleh minum alkohol saja, tapi banyak hal-hal lain yang ternyata haram juga hukumnya.

Contohnya nih... makan makanan halal tapi gak bilang-bilang pemiliknya, atau main ambil makanan orang padahal yang punya tidak menyetujui untuk membagi makannya, nah ya itu masuknya "mencuri makanan dan merampas makanan" ya kalau begini haram juga dong makan barang curian? Ya kan? Duuuh.. jadi teringat kadang saya suka iseng cicip2 kue atau makanan yang entah punya siapa di meja makan atau di kulkas. YA habisnya gimana ya? Karena diletakkan di kulkas atau meja kan ya kesannya barang milik bersama dong kan? Ternyata gak boleh begitu... huehehehe.....

Penasaran? Hihihi beli bukunya ajah... saya cuma merekomendasikan buku ini lho. Cocok untuk anak- anak yang suka baca komik, SD kayaknya juga sudah oke baca ini, dan sampe bapak ibunya aja juga bisa baca kok.

Komik Halal dan Haram
Terbitan: Qibla
Penulis: Dian K dan Tethy Ezokanzo
Ilustrasi: Wawan Kungkang
Jumlah halaman: 148 halaman (isi 18 cerita)
Harga: 125.000 (harga pulau jawa)

Kamis, 23 Juni 2016

Review Short Animation Competition XXI Short Film Festival 2016

Ini kejadian kapan ya? April atau Maret? Kok saya agak2 lupa...

Hari Sabtu nonton pemutaran Short Animation XXI Short Film Festival 2016.





Ada 6 film yang terpilih menjadi nominasi. Nah akan saya review singkat ya.. Keenam film ini menarik dengan teknik yang keren2 dan cerita yang ringan malah kadang terlalu ringan 

Biru

Teknik yang digunakan stopmotion, menggunakan puppet, premis cerita menarik dan eksekusi juga menarik, liar dan unik. Ceritanya tentang procrastinating, menunda-nunda sesuatu.


Kapur Ade

Yup film pendek animasi 2D dari Lanting Studio ini masuk nominasi. Kisah tentang anak jalanan di jakarta yang menjadikan kemacetan Jakarta sebagai playground mereka.


Linimera

Film pendek animasi 3D dengan warna hitam putih dan merah, warna merahnya warna benang yang menghubungkan waktu hidup tokoh-tokohnya. Premis yang saya tangkap tentang gunakan waktumu bersama orang yang kamu cintai atau keluargamu. Hidup itu singkat, dan terkadang ada hal-hal yang perlu dinikmati saja agar kamu tidak kehilangan momenmu.


Rexi: The Great Return

Film pendek animasi 3D dengan teknik animasi dan tokoh karakter yang bagus dan keren tapi..Kalau untuk dilombakan 1 film ini saja berasa kentang dan kurang. Selesai nonton jadi punya banyak pertanyaan kelanjutan dan lain2nya bagaimana. Film ini cocoknya diseting untuk serial, entah jadi web series atau ditayangkan di TV?
Lalu premis ceritanya apa? Nah itu dia ceritanya gak berbekas jadinya saya gak ingat :))) hahaha...


Zlo: The Great Runner

Entah kenapa banyak judul dengan tulisan The great-the great-nya ini deh.. :))
Animasi 3D, dengan bentuk karakter yang agak ajaib menurut saya.. Ceritanya menarik, bagaimana mengatasi ketakutanmu untuk sesatu yang besar yang akan kamu jalani di depan.


Alien CG

Ini juga animasi pendek 3D yang cocoknya jadi web series atau serial TV, karena karakternya menarik dan baik serta menjual. Lalu cerita juga sederhana, geje bahkan agak2 gak penting gitu deh tapi menghibur, terbukti banyak penonton yang tertawa saat film ini ditayangkan :D

Penasaran sama film2nya? coba cari di Youtube deh, saya rasa ada semua hehe :D
Bilang aja males nyari linknya :))))

Senin, 23 Mei 2016

Melukis dengan cat kanji aman untuk balita



Kemarin melukis bersama Aga. 
Saya teringat pernah diajarin melukis pakai cat kanji jaman sekolah dulu. 
Kalau dulu catnya pake cat poster sakura, ini cuma pake pewarna makanan stok di rumah. Bahan-bahan dan cara pembuatannya mudah banget.

Cat kanji warna-warni

Bahan: 
  • 3 sdm tepung kanji
  • Air secukupnya
  • Beberapa tetes pewarna makanan (saya pake pewarana makanan cap kupu-kupu, 4 warna berbeda)
Alat: 
  • Panci
  • Kompor
  • Mangkuk
  • Sendok
Cara:
  1. Campurkan tepung kanji dengan air secukupnya, masukkan panci dan jerang diatas api.
  2. Aduk hingga mengental, setelah kental matikan api.
  3. Aduk hingga uap panas hilang, bagi menjadi 4 adonan dan pindahkan ke mangkuk-mangkuk.
  4. Beri 3-4 tetes pewarna makanan dan aduk rata.
  5. Cat kanji siap dipakai.

Cara penggunaan: 
  1. Celupkan tangan atau jari kedalam cat kanji dan buat gambar di atas kertas atau keramik sesukamu.
  2. Jemur hasil lukisan cat kanji. Siap dipajang deh. 

Saya bikin 4 mangkuk cat kanji: warna, merah, hijau, ungu, kuning. Padahal bikinnya dikit tapi jadinya segambreng. Menghasilkan 6 lembar lukisan ukuran A3.

Itu habis semua? Enggak! Sisanya? Dicoret2 di dinding keramik kamar mandi sambil mandi. :D biar bisa dibilas. 

Mengejutkannya Aga mau ngelukis dengan tangannya, mengingat Aga paling jijik kotor2an. Iya Aga makan biskuit cokelat aja kalau belepetan di tangan jijik2 minta tissue atau minta cuci tangan. Hahahaha. Ini dia terpaksa menikmati kejijikan dan jorok2nya melukis hahaha.

Senang! 

Dari ekspresinya gak suka, sampai akhirnya mau menyelesaikan lukisan sampai cat kanji habis.

Kapan-kapan metode melukis cat kanji ini bisa diulang lagi. Lumayan buat variasi aktivitas main Aga di rumah. 




Kamis, 14 April 2016

Kapur Ade menang Gold Award Viddsee Juree Indonesia 2016

Ini kejadian tanggal 5 Maret 2016 lalu.

Film Kapur Ade (Little Sister's Chalk), film animasi 2D terbaru Lanting kalau saya bilang adalah film yang paling lama menentukan akhir ceritanya, kenapa saya bilang begitu? Berulang kali si mas mengeluarkan banyak ide untuk menentukan akhir film ini, macem-macem alternatif endingnya, padahal pengerjaan film ini sudah lama kalo gak salah dari tahun 2015 awal. Film ini pernah diikutkan FFI 2015, hanya masuk dalam nominasi saja.

Lalu si Mas masih mengedarkan Kapur Ade di berbagai festival dalam dan luar negeri, hingga salah satunya diikutkan ke Viddsee Juree Award. Viddsee sendiri adalah sebuah multiplatform online yang mengumpulkan dan memilih film pendek serta cerita Asia terbaik untuk ditampilkan di www.viddsee.com. Platform ini diklaim memiliki basis audiens internasional yang luas, serta mempromosikan film pendek Asia terbaik ke seluruh jaringan film pendek, festival, dan film market. Lalu Viddsee Juree Awards adalah kompetisi untuk merayakan film pendek Asia dari berbagai genre; fiksi, dokumenter serta animasi. Indonesia mendapat kehormatan dan terpilih sebagai negara pertama yang untuk meluncurkan edisi perdana Viddsee Juree Awards, dimana pembuat film pendek Indonesia mendapatkan berkesempatan filmnya ditonton dan dipilih oleh panel juri internasional.

Nah iseng- iseng diikutkan dan akhirnya Kapur Ade masuk nominasi dalam kompetisi ini, ketemu lagi dengan beberapa film pendek lain, beberapa malah sudah sama-sama sering lihat filmnya wara wiri di kancah festival film juga hehehe. Tanggal 5 Maret 2016 itu tibalah pengumuman si Viddsee Juree Award edisi Indonesia ini. Acara awardingnya dilakukan di IFI Jakarta yang bertempat di jalan Thamrin.

Saya sempat menonton pemutaran film2 nominasinya, ada sekitar 10 film pendek dengan berbagai genre. Idenya banyak yang menarik dan nyeleneneh. Saya ketemu lagi dengan film Wachten Staad-nya Mas Fajar dan Digdaya Ing Bebaya (of The Dancing Leaves)-nya Mas BW Purbanegara.
Dalam kompetisi ini saya sih gak mikir kalo akan menang, karena filmnya keren2 semua. Feeling saya sih Digdaya Ing Bebaya bakal menang, dan emang bener! Film dokumenter karya Mas BW ini meraih juara ke dua. Pulang2 bawa kamera Black Magic.

Pas pengumuman juara pertama, makin kagetlah saya ternyata yang menang ialah film Kapur Ade!
Film Kapur Ade menang Gold Award Viddsee Juree Indonesia 2016.
Yak ampun mimpi apa dapet kamera Blackmagic tipe URSA EF!
Alhamdulillah! Sama seneng juga dapet trip ke Singapura (yang entah kapan) untuk berkunjung ke kantor Viddsee di Singapura (ples jalan-jalan juga).

pengumuman yang bikin kaget itu >.<



kamera yang masih belum dipakai sampe sekarang


Hehehe gak nyangka banget, film Kapur Ade diapresiasi oleh juri2 panel internasionalnya, ada 3 juri di kompetisi ini yaitu Masoud Soheili (pembuat film independen Iran yang sering menang festival), James Lee (pendiri Doghouse 73 dan salah satu pelopor pembuat film pendek independen di Malaysia di masa sekarang), dan Eiji Shimada (sutradara film pendek asal Jepang yang film pendeknya juga sering menang di beberapa festival internasional). Wahh.. diapresiasi oleh juri-juri yang berpengalaman juga dalam perfilman pendek. Seneng banget hehehe...

Kalau denger penjelasan mereka kenapa memilih pun juga sangat senang, beberapa pesan mereka dapatkan dari film sederhana ini. Hihihi kenapa ya, kalo denger komentar orang tentang film yang sudah dibuat itu rasanya senang-senang deg-degan. :D “Kekuatan utama Kapur Ade terletak pada kemampuan pembuatnya dalam menyampaikan narasi yang mampu menceritakan tentang wajah dan semangat Indonesia kepada penonton asing, dengan karakterisasi yang unik sekaligus imajinasi tinggi,” ini kata Masoud Soheili ketika mewakili ketiga juri saat menjelaskan alasan kemenangan film Kapur Ade.




Kamis, 10 Maret 2016

Review buku: As Red As Blood (The Snow White Triology)

Terus terang saya jarang baca novel terjemahan. Selain karena biasanya saya mendapat novel dengan terjemahan tidak pas, kurang luwes, kurang enak dibaca, saya juga kadang susah membayangkan apa yang digambarkan di dalam novel terjemahan. Umumnya novel terjemahan bercerita tentang deskriptif suatu tempat lain yang asing buat saya dan yah... mendapat novel dengan penggambaran yang pas buat saya itu yang kadang2 sulit saya temukan. Hehe...

Tapi, mendadak saya harus membaca buku ini. Novel As Red As Blood, buku pertama dari The Snow White Triologi karya Salla Simukka, penulis asal Finlandia. Kenapa tiba2 saya bisa baca buku ini? Kok tumben banget? Hehehe karena saya penasaran dengan isinya, buku aslinya covernya terdesain dengan kuat. Menampilkan warna-warna tema triologi ini, merah, putih dan hitam. Saya jatuh cinta dengan cover aslinya (yg versi Finlandia).



Novel thriller misteri ini menceritakan tentang Lumikki, si Puteri Salju, bersekolah di sekolah seni. Suatu hari dia menemukan ratusan lembar uang yang dicuci di kamar gelap. Uang yang berlumuran darah, Lumikki pun akhirnya tahu kisah di balik uang berlumur darah itu. Dia pun terjebak dalam sebuah pertemanan dalam rahasia. Yang tak disangka juga terperangkap dalam jaringan narkoba internasional. Woops semoga saya gak terlalu spoiler memberikan gambaran isi buku ini yah.
 

Lalu apa hubungan Lumikki dengan Snow White? Salla Simukka di sini menuturkan kisah Lumikki dengan mengambil inti dari kisah dongeng Puteri Salju. Jika dalam kisah Snow White merah digambarkan dari pipi meronanya namun di kisah ini warna merahnya darah merupakan analogi dari darah dan kisah yang dialami Lumikki.


Sejauh yang saya baca sih, gaya bahasanya menarik, alurnya gak membingungkan dan enak dibaca, saya terus terang jadi penasaran banget di buku satu ini. Apa ya jadi menduga-duga kelanjutannya bagaimana hehehe.... Ternyata selain covernya yang menarik mata, isinya juga bikin saya penasaran :D




Buku ini ditangani oleh teman desainer saya dalam pembuatannya. Memang sih akhirnya konsep cover berubah dari yang asli, jadi pakai ilustrasi dari ilustrator lokal. Sempat agak2 gak sreg juga saya melihat desainnya selama dalam proses pembuatan, tapi teman saya cukup baik menanganinya sehingga covernya menjadi apik, apalagi ditambah dengan fitur kantong jinjing sebagai kemasannya.

Iya, kantong berbentuk amplop dengan pegangan dari kartonnya ini menurut saya sangat unik. Novel jadi terkemas beda dari lainnya dan menjadi eksklusif dengan cara yang berbeda. Daaan.. kok ya tepat banget keluarnya seri pertama novel ini pas pada saat kampanye diet kantong plastik digencarkan. Jadinya, tinggal ambil novel ini, bayar ke kasir dan tinggal dijinjing bawa pulang deh, tanpa harus bawa tas tambahan atau kantong plastik untuk membawa buku ini. Harusnya sih begitu... tapi kenyataannya di toko, saya agak heran, kenapa novel yang telah dikemas siap bawa ini masih harus diwrapping plastik lagi ya? jadinya kurang cakep setelah terdisplay di toko. Padahal yang bikin menarik dari novel ini salah satunya adalah kemasan jinjingnya... :( Apa konsumen di toko masih belum siap ya disuguhi buku dengan kemasan cakep, sampai harus diwrapping plastik? Dengan alasan, takut rusak kemasannya, takut basah, takut sobek? (bukankah itu gunanya kemasan dibuat?).
Atau mungkin pegawai toko kurang paham untuk mendisplay buku dengan kemasan tertentu?

Ah kok saya malah jadi mikir2 yang lainnya hahaha :D Tapi yang pasti saya masih penasaran kisah si Lumikki di seri kedua. Tak sabar menunggu buku keduanya terbit.


Bagi yang penasaran sama buku ini, As Red As Blood bisa ditemukan di toko buku terdekat kok, beli online juga bisa tingga searsh aja di google. Diterbitkan oleh Bhuanasastra, jumlah halaman novel yang telah dialih bahasakan ke 49 negara ini ada 300 halaman. Softcover, dengan kemasan jinjing dengan harga jual Rp.77.000,-

Kamis, 03 Maret 2016

Review makanan: Chitato rasa Indomie Goreng

Akhirnya ketemu! 😆

Ada di indomaret dekat Gramedia Matraman!

Saya penasaran banget sama produk Chitato dengan rasa yang unik ini, sumpah ini bener2 jajanan langka! 
Setiap hari selama 2 minggu tearkhir ini saya terpapar review teman, apdet foto toman yang habis makan Chitato ini, sampe saya tanya mereka nemu dimana dan sebagainya. Akhirnya saya malah jadi ikutan mencari di berbagai Indomaret (konon katanya cuma dijual eksklusif di Indomaret). Saya emang gak ngoyo mencari sih, tapi tiap memasuki Indomaret emang mata saya jadi jelalatan untuk mengecek. Dan memang tidak semua Indomaret jual Chitato yang rare ini, saya pasrah karena di cabang dekat kantor di daerah Palmerah Barat dan di dekat rumah daerah Duren Sawit sama sekali gak ada Chitato yg ngehits ini.

Dan suatu ketika, hari ini saat saya sedang ada tugas meliput acara launching buku anak Zoo Story di Gramedia Matraman saya malah nemu Chitato rasa Indomie goreng ini!
Saya nemu di Indomaret samping Gramedia Matraman. 

Karena launching buku pagi, saya pagi2 sudah stand by di toko buku. Saat masih bersiap dan beberas, perut lapar minta sarapan, kepikirlah jajan roti di Indomaret eh malah ketemu yang dicari-cari. Alhamdulillah 😆.

Jadi gimana rasanya? Okey-okey saya buka bungkusnya dulu, bungkusnya eksklusif seperti terpampang pada foto dengan finishing kemasan seperti Chitato edisi Asian Taste, ngedoff gitu jadi terlihat eksklusif. Saat saya coba isinya, hem..tercium aroma indomie goreng, saat dirasakan pun terasa rasa indomie goreng namun ada after taste kentangnya Chitato. Setelah makan beberapa keping ada rasa pedas di lidah. Iya terasa lebih pedas dariada Chitato biasa (menurut saya sih...). 

Inovasi yang menarik, apalagi konon Chitato ini tidak dibuat banyak, hanya limited edition. Awalnya hanya tersedia di jabodetabek, lalu jawa barat, menyusul seluruh pulau jawa. Apakah sampai seindonesia penjualannya? Wah saya agak kurang tahu sih. Dan memang untuk ndapetin Chitato rare ini susaah banget. Kayaknya kampanye testimoni produk ini di sosmed berdampak viral dan sukses, sukses bikin org penasaran dan pengin mencari dan mencobanya.

Jadi apa kamu sudah mendapatkannya dan mencoba rasanya? Saya sudah! 😁


Minggu, 28 Februari 2016

Review film: The Revenant

Setelah menonton Siti, Surat dari Praha dan, A Copy of My Mind, akhirnya rampung juga nonton The Revenant. 

Mengejar hingga ke studio2, ke ujung bioskop tertentu. Yup, saya baru nonton film ini setelah film ini hampir apkir dari layar lebar. Sebenarnya saya sdah pengin nonton ini saat saya tahu dia masuk nominasi Oscar 2016, saya sudah lihat trailernya di bioskop yang terasa apik, seru menegangkan dan dihibur oleh lansekap yang indah. Wih makin penasaran banget! :D Tapi.... sayangnya ada banyak film indonesia bagus yang sedang diputar dan kapan lagi saya bisa nonton film2 tersebut? Daur hidup film indonesia di layar lebar lebih singkat daripada film hollywood. Jadi saya baru mengejar The Revenant setelah usah menikmati 3 film indonesia pilihan saya.

Bagaimana The Revenant? Bagus! Pertarungan beruangnya sungguh menegangkan, saya harus merem melek untuk menikmati adegan pertarungan beruangnya yang intens, brutal, dengan darah dimana-mana, terasa nyeri, ngilu, dan lain sebagainya, usai pertarungan berujung kasihan, sakit dan bermacam2 rasa dari film yang tergambar.

Dan satu lagi yang bikin saya mengumpat karena terpukau dan 'arrgg gila itu gila banget!' yaitu adegan melawan rasa dingin di dalam perut sang kuda. Disitu saya merasakan bagaimana melawan rasa dingin yang merasuk dan haurs tetap survive hidup, astagah dinginnya benar2 merasuk dan saya terheran-heran, kok bisa sih kepikiran mengambil jalan itu?

Dua poin itu yang bener2 menyentuh saya saat nonton The Revenant, perihal premis film untuk membalas dendam atau mengejar pembunuh anaknya pun hampir terlupakan oleh saya. Saya sungguh lebih terpukau dengan lansekap negeri dingin yang indah dan bagaimana bertahan hidup di alam liar yang bar-bar di masa itu.

Dan apakah Leonardo di Caprio pantas mendapatkan penghargaan Oscar yang telah dinantinya bertahun-tahun? Ya, kurasa dia pantas mendapatkannya. Bagaimana dengan Innaritu sang sutradara?
Masih pantas juga, tapi menurutku ini bukan karya terbaik Innaritu :) Birdman masih lebih cakep, dan Biutiful masih lebih menyentuh saya... hehehe... (ya mungkin ini masalah selera sih).

Ada yang belum nonton The Revenant? Tontonlah, worth it kok :D


Kamis, 28 Januari 2016

Hobi mewarnai Aga

Gak terasa... ternyata sudah setahun gak apdet blog!
Yak ampuuunnn saya merasa malu jadi blogger :(( Sungguh media sosial yang singkat-singkat dan praktis itu betul2 sukses mendistraksi keinginan ngeblog.

Apakabar kamu? Kabar saya, alhamdulillah baik. Masih menjadi ibu2 newbie yang masih gagap mengamati perkembangan bocah..
Apakabar Aga? Aga sudah besar, sudah 2 tahun 4 bulan. Masih nenen (iya saya belum sukses menyapih, hiks), sudah lari-lari, pintar ngambek dan nangis, kalo manjanya kumat masih suka banget gendong dan sepertinya Aga telat berbicara. Untuk yang terakhir saya bingung juga, padahal sudah diajak ngomong segala macem, dan sudah didongengin macem-macem tapi Aga masih enggan mengucap kata, masih sedikit sekali kosakata yang keluar dari mulutnya.. Ah tapi tentang speech delay ini akan dibahas di lain postingan lah ya... (yg entah kapan hehehe).

Salah satu kesukaan Aga selain main mobil, main kereta, main bola, nangis heheh ada juga mewarnai. Ya lebih tepatnya sih coret-coret, untungnya coret-coret kertas atau buku mewarnai bukan dinding rumah atau lemari hehehehe...

Kalo sudah disodorin kertas, spidol atau kerayon langsung deh anteng corat coret, entah dengan 1 warna saja atau semua warna dicoret jadi satu, biasanya motifnya benang kusut hahahaha... :D


tekun bikin benang kusut :))


Kadang saking gemasnya, ibunya juga ikut mewarnai buku mewarnai Aga, ya maksudnya memberi contoh kalo mewarnai misal jeruk itu oranye, atau strawberi itu merah, dll Tapi kenyataannya ya hasil karya anaknya bisa 1 halaman full isinya benang ruwet sedangkan hasil karya ibunya terlalu serius dan tampak bagus :)) hahahaha ini kalo kaya begini kelihatan kalo ibunya kurang kerjaan hahaha...

semua warna dicoba, pokoknya campur-campur.


Ya Aga masih belum paham sih sama konsep mewarnai gambar yang baik, tapi dari goresan2 tangan kecilnya, kurasa tipe kami sama, sama2 tegas dalam menarik garis, gak ragu-ragu :D hihihi... jadi teringat masa kecil saya yang sudah bahagia banget kalo dikasih spidol snowman hitam dan kertas atau buku tulis, pasti langsung coret2. :D

Oh ya buku mewarnai Aga di rumah yang judulnya ini Color Me Happy, terbitan BIP. Ada 5 buku dan masing-masing buku punya topik gambar tersendiri. Ada yang berisi gambar2 hewan, gambar transportasi, gambar buah2an, gambar olah raga dan gambar makanan dan minuman. Semuanya berisi gambar-gambar sederhana dengan garis outline yang tebal, juga tulisan nama2 gambar tersebut dalam dwibahasa. Lumayan, deh menyenangkan untuk aktivitas mewarnai bersama anak2 hihi..
Kalau kalian apa buku mewarnai favorit kalian? :)

Color Me Happy the series.