Senin, 04 Juli 2011

Selepas Senja


2 Juli 2011

Senja perlahan bergerak turun, sementara aku masih sibuk dengan menyiapkan banyak hal. bikin teh, nggoreng perkedel, menunggu nasi matang, membungkus sepinggan macaroni schotel kesukaanmu, mengatur kue jajanan di piring... semua semua keribetan itu dibantu Ibu, Adikku dan tante2ku.

Sebentar lagi kamu datang, sesuai janjimu selepas Magrib kamu akan membawa Bapak dan Mamamu untuk memintaku. Memintaku dari kedua orang tuaku untuk kamu jadikan partner hidupmu, selamanya. Mauku sih tak menyiapakan apapun sesuai pintamu, yang sederhana saja. Tapi keluargaku mengetahuinya dan semua berbondong membantu sehingga seakan-akan ini menjadi sebuah acara besar dalam hidup saya maupun kamu.

Adzan Magrib telah berkumandang, cepat2 aku menyelesaikan menyiapkan semuanya, dan segera mengenakan baju kesayangan berwarna biru. Baju yang kupakai pada saat wisuda dulu. Tak sempat kupikirkan baju yang lain, sudahlah tak ada tema dalam acara ini kan. Yang penting tersampaikan niat baiknya.

Pintu rumah terketuk, melihat Bapak dan Mama datang, melihatmu mengenakan kemeja yang waktu itu kita beli bersama. Melihat sepupumu dan Bude membawa beberapa bingkisan dari Jogja. Ah jantung semakin berdegup cepat. Semakin tak terkendali, yah aku gugup. Mengatasi hari ini pun rupanya tak sesederhana itu.

Kamu tersenyum, dan mengucapkan keinginanmu. Teringat pertama kali kamu mengatakannya di mobil beberapa bulan sebelum ini saat kamu minta ijin padaku untuk menyamakan visi untuk hidup bersama. Berulang kali dikatakan, berulang kali diingat aku tetep berdebar.

Yah sekarang telah dimulai masa2 percepatan itu, masa2 keribetan itu. Semua menjadi dipercepat karena kepulangan Adikmu yang cuma sekali dalam setahun, dan keinginan Ibu untuk pergi ke tanah suci tahun ini juga.
Yuk sayang, mari kita berlari bersama, pegang tangan erat2 ya jangan sampai terlepas.. mari kita lewati rintangan tahap awal ini. Kita akan berdebar bersama lagi di meja kecil masjid dekat rumahku setelah Lebaran tahun ini datang.