Senin, 23 Agustus 2010

Sepi...



Sepi...
Terkadang saya merasa kesepian. Sepi.... padahal ada banyak teman disekitar, ada banyak orang yang sayang sama saya. Tapi tetap, hati rasanya kosong, ndak berarti.
Saya kadang suka termangu di pojokan kamar. Berdiskusi dengan diri sendiri, dengan pikiran saya. Berdebat dengan pendapat2 saya sendiri. Sampai rasanya perdebatan di kepala saya semakin berat dan saya tak kuat menanggungnya.

Seketika pikiran saya memaksa saya: "Saya kudu mengeluarkan isinya!" Dan isi otak pun tumpah dalam bentuk racauan, sumpah serapah, keluhan, kata2 pesimis menyayat hati, atau nyinyiran yang nantinya akan menyakiti hati orang lain.

Entah bisa saya tuliskan di blog, pada secarik kertas, di notes hape, sms, media microblogging atau apapun itu, atau bahkan saya berbicara pada kucing kesayangan saya atau bahkan tembok!
Apapun saya lakukan agar beban berat di otak ini keluar, dan akhirnya kembali ringan dan saya bisa tidur dengan nyenyak atau melakukan aktifitas seperti sedia kala.

Terdengarnya mudah, iya sepertinya mudah sekali dilakukan. Tapi sulitnya bukan main. Saat kekeruhan dalam otak ini hendak meluber, sulit sekali mengendalikan keluarnya agar teratur, tidak berebutan, agar lebih tertib dan jelas mau saya apa. Tapi tidak, semua yang ada dalam otak kecil saya ini tiba2 berlomba-lomba keluar bak domba yang menerjang pintu kandang yang terbuka, semua berlomba ingin bebas! Sedangkan mulut saya cuma 1, tangan saya cuma 2 dan mata saya cuma 2, cuma segitu jalur yang harusnya dilewati oleh luberan itu.

Kadang terjadi sembelit di lubang-lubang indera itu, rasanya sakit sekali. Memberatkan kepala, dan menekan hati semakin pedih. Emosi yang meluap2 pun menjadi tertahan dan hanya bisa tersalurkan dengan uring2an gak jelas, merajuk menyebalkan atau bahkan air mata mengalir tanpa sebab. Tapi apa yang saya pikirkan tetap tak bisa keluar. Hanya aliran emosi yang mendadak keluar karena tak tahan rasanya menahan sakit.

Selalu kejadian ini berulang entah sebulan sekali atau beberapa bulan sekali, selalu saya melewati pola2 yang sama. kadang saya bisa mengatasinya tapi kadang saya tak bisa mengatasinya.

Saya... saya cuma butuh teman ngobrol, entah untuk bicara apapun itu. mungkin saya lancar bicara hal2 yang tidak penting, walau saya sangat buruk dalam hal bicara ramah tamah. Tapi saya sulit mengeluarkan apa yang ada dalam pikiran saya. Sungguh itu menyiksa saya!

Anda harusnya bersyukur melihat tulisan ini, setidaknya saya berhasil menuliskan apa yang ada dalam pikiran saya tanpa harus terlibat emosi labil dan kesulitan mengungkapkan. Tapi tulisan ini munculpun jarang, bahkan mungkin tidak pernah...

Ahhgg... akhirnya saya berhasil meracau untuk saat ini..
Saatnya kembali ke dunia nyata wahai sahabat :)