Rabu, 26 September 2012

Wisata Gunung Merapi


Merapi nan megah

Pagi ini mendadak saya menemukan kumpulan foto2 Merapi yang belum sempat saya posting. Sekitar awal Januari tahun 2012 ini saya ke sana, bertepatan dengan acara Ngunduh Mantu saya.

Melihat foto2 tersebut jadi ingin berbagi cerita kekaguman saya atas megahnya gunung vulkanik ini :) Ini pertama kali saya menginjakkan kaki di lereng gunung Merapi. Beruntung rumah bapak dan ibu mertua ada di kawasan kaliurang km 14, cukup jauh diatas dan semakin mendekati puncak merapi. Kata ibu mertua, rumah Mbah Marijan–almarhum kuncen Merapi tidak jauh dari sini. Saya pun tidak menyia-nyiakan kesempatan wisata Merapi ini.

Sejak Gunung Merapi meletus hebat pada 26 Oktober 2010, dusun Kinahrejo, Cangkringan–Sleman mulai berbenah, kawasan ini pun mulai menghijau kembali setelah sebelumnya luluh lantak dan tertutupi abu Merapi. Puing-puing rumah tinggal masih tampak terlihat, beberapa ada yang mulai memperbaiki rumahnya kembali, warung-warung darurat mulai dibangun dan juga rumah Mbah Marijan. Kuncen Merapi ini meski sudah almarhum tapi lokasi rumah, rongsokan mobil APV wartawan tivi dan beberapa jejak2 kejadian letusan itu masih dipertahankan, dan diperbagus. Pemugaran itu sepertinya diusahakan oleh warga dusun setempat dan anak2 Mbah Marijan. Jadilah sebuah tempat wisata baru, wisata Merapi, wisata Rumah Mbah Marijan. Wisata yang dibuat demi geliat ekonomi warga setempat.

warung semi permanen yang menjual berbagai sovenir.

Pagi2 sekitar jam setengah 7 pagi, saya dan si mas menuju desa Cangkringan dengan mobil dan setelah hampir sampai puncak kami pun parkir di tempat yang telah disediakan. Tergolong baru juga, namun area parkir cukup luas, sehingga bisa menampung mobil, bis dan motor. Ada juga mushola, toilet dan warung yang dibuat semi permanen. Karcis masuk dan parkir pun juga sepertinya tak resmi alias swadaya usaha penduduk setempat. Di tempat ini pun gunung Merapi sudah terlihat sangat megah dan besar. Banyak dari turis lokal maupun manca berfoto2. Dari tempat parkir kami harus jalan sekitar 1.5–2km lagi menuju rumah Mbah Marijan–tempat yang kami tuju kali ini.

Saya kira 2km itu jarak yang pendek, sepertinya lebih sehat jika jalan kaki saja, toh desa tersebut masih berudara segar–udara gunung dan itung2 saya olah raga di pagi hari. Ternyata... jalannya menanjak minta ampun :)) saya sukses dibuat menggeh2 menanjaknya, rutin olah raga kok ya gak ngefek juga buat mendaki Merapi padahal ya cuma 2 km lho :)) medan yang tidak cocok buat ibu2 dan bapak2 sepuh.

barisan ojek motor trail.

Pantas saja tak jauh dari tempat parkir mobil tadi ada banyak penduduk setempat yang menawarkan jasa ojek, sampai rumah Mbah Marijan. Dari ojek yang bermodal motor butut (mungkin ini harta satu2nya warga yang sempat mereka selamatkan) berbiaya antar 20.000 sampai atas atau motor trail hibah dari Kawasaki (kalo gak salah) yang berbiaya 50.000 sekali antar hingga atas. Motor2 tersebut berbaris rapi menunggu turis yang akan menawar jasa mereka.

pemandangan yang subhanallah indahnya.

Saya dan si mas jalan kaki mendaki, tak lupa membawa botol minum dan mengenakan topi. Hari masih pagi tapi matahari cukup terik. Banyak juga turis lokal yang ikut jalan bersama kami dan bahkan hampir sebagian besar turis mancanegarapun lebih memilih jalan kaki daripada sewa ojek. Sembari mendaki foto sana-sini sungguh indah pemandangannya :)

numpang ngopi jahe saat lelah mendaki.

Kurang lebih setengah perjalanan di sebuah tanjakan yang nyaris bikin napas habis ada berjejer warung yang menjajakan minuman dingin dan panas, juga pop mie. Wih warung ini tempatnya strategis banget. Bagai melihat surga akhirnya sejenak beristirahat di sana. Sambil mengatur napas dan minum segelas kopi jahe ibu penjual bercerita panjang lebar tentang rumahnya yang luluh lantak kena abu. Sampe saat ini beliau masih mengungsi di rumah sodara tak jauh dari desa Cangkringan, katanya sudah tak punya apa-apa lagi, dan mash bersyukur punya sedikit modal untuk buka warung kecil ini (entah modalnya dana bantuan atau apa saya kurang tahu). Setelah cukup tenaga kami melanjutkan lagi ke rumah Mbah Marijan.

atas: rumah mbah Marijan
tengah: rongsokan mobil wartawan yang meliput kala letusan
bawah: warung anak2 Mbah Marijan

Sampai di rumah Mbah Marijan jangan membayangkan bentuk rumah, ada ruang tamu, kamar mandi atau apa wong semua sudah rata dengan tanah :p, yang ada cuma sebuah saung kecil diberi tulisan "Rumah Mbah Marijan" sekedar penanda pernah ada rumah di situ, dan bertengger mobil rongsok dan motor rongsok (yang herannya ban-nya masih ada padahal bodi 2 kendaraan tersebut sudah rusak parah XP) serta baliho besar tulisan kronologis kejadian meletusnya Merapi. Terdapat pula warung bikinan anak2 mbah Marijan.  Di warung tersebut dijajakan sovenir seperti kartu pos bergambar erupsi Merapi, foto2 gambar lahar, foto2 mbah Marijan, kaos bergambar merapi, gantungan kunci, kopi jahe merapi, ceriping ubi, dan sebagainya. Saya geli sendiri melihat sovenirnya, duh tak kuasa saya beli kartu pos gambar gunung akhirnya saya ambil sebungkus kopi jahe Merapi saja. hahaha :)) setidaknya masih bisa saya minum.

mural yang dibuat oleh beberapa street artis di puing2 rumah, lereng Gunung Merapi.

Usai berfoto-foto (lagi) saya pun turun menuju parkiran. Heran ya kenapa turun itu selalu lebih cepat dan mudah ya? (ya iya lah!) Saya pun pulang kembali ke kaliurang, sempat ditengah jalan kami menemukan rumah2 yang di grafitti yang dibuat oleh street artis. Ternyata mural2 tersebut dibuat pada awal tahun 2011.

Akhirnya kesampaian juga menginjakkan kaki di kaki lereng Merapi. Ada yang sudah pernah ke sana juga? :)