Senin, 17 September 2012

Review: Jiro Dreams of Sushi (2012)


Udah lama banget saya ndak me-review film ya, setelah hampir membuat blog sendiri menjadi blog resep mari sedikit mewarnakan blog lagi dengan review film :) Kebetulan akhir2 ini saya lagi sering nonton film, film donlotan tepatnya, aslinya sih saya lagi gak pengin nonton banget tapi berhubung si mas gandrung banget nonton (setelah diamati si mas selalu nonton sebagai pengantar tidur dan teman makan) ya akhirnya saya jadi ikut nonton juga deh :p

Film yang kali ini saya tonton ialah Jiro Dreams of Sushi, film dokumenter tahun 2012 ini salah satu film dokumenter jepang tentang makanan yang bikin saya pengin makan sushi saat itu juga! (hehehe lebay deh) :p. Dari penceritaannya khas jepang, tegas, mengalir dan detail (yang mungkin ini juga salah satu daya tarik dan kewajiban film dokumenter sih...) karena menurut saya film dokumenter itu sebenernya boring. Tapi.... kalo penceritaannya mengalir, enak ditonton, detil, dan tidak membosankan saya betah-betah saja untuk menontonnya.

Hampir mirip dengan film Udon yang pernah saya review juga di blog, memasukkan unsur budaya pada dokumenter makanan juga menjadi daya tarik tersendiri. :) Penonton disuguhi tidak hanya sekedar bagaimana membuat sushi, namun juga filosofi dari bikin sushi itu sendiri.

Sushi yang enak menurut Pak Jiro Ono tentunya, yang bahannya segar pilihan ikannya pun dibedakan (saya saja yg nonton tak bisa membedakan mana salmon yang A dan yang B) :)) Masakan yang enak itu apabila selain terdiri dari bahan2 berkualitas, dibentuk dengan cantik (jepang terkenal dengan seni menghias makanannya, bisa dilihat dari hasil makan jepang selalu tampak menarik untuk dimakan), juga efek dari kebersihan alat2 memasak. Wah wah  ini bener banget, menjaga kualitas dari segi higienitas.

Saya juga terpukau dengan warung pak Jiro ini, sederhana banget, warung yang kecil tapi bersih dan cuma punya 10 bangku untuk pengunjung. Untuk bisa makan di situ pengunjung harus merogoh kocek sebesar 30.000 Yen, yang kira2 dikurskan menjadi sekitar 3 juta! Buset, dan itu sekali makan (kalo lihat di filmnya sepertinya all u can eat gitu). Untuk makan di sana juga harus pesan kursi jauh-jauh hari. Edaaan... :)) saya melongo pas menontonnya.
Emang ya kualitas warung yang sudah diakui secara internasional itu benar2 tetap menjaga kualitasnya. Mungkin ada restoran yang setelah sedikit punya nama lalu langsung memperbesar kapasitas warung atau restonya atau bahkan ekspansi ke luar daerah atau bahkan luar negeri, tapi pak Jiro tetap bertahan dengan warungnya itu, selama bertahun-tahun hingga anak pertamanya yang melanjutkan usahanya.

Pak Jiro ini punya 2 anak, 2-2nya laki2 dan seperti kebanyakan tradisi di asia, penerus usaha keluarga selalu anak yang pertama. Dua orang anak pak Jiro ini menggeluti bidang yang sama, bahkan anak keduanya juga membuka kedai sushi (anak yang pertama melanjutkan kedai bapaknya). Kemampuan mereka sama dengan bapaknya, hasil didikan bapak mereka yang kaku, dan perfeksionis. Namun kelebihan anak2 pak Jiro ialah kesupelan mereka, karena ramah dan hangat warung mereka lebih laris dari warung bapaknya. Kebayang ya sekaku apa pak Jiro ini hehe :D

Film ini menarik :D serius, apalagi jika Anda pecinta sushi, kuliner, budaya Jepang, dan dokumenter. Tapi kalau Anda penggemar film romantis, aksi laga, sains fiksi, disarankan Anda tidak menontonnya (ya iya lah!) :)) nanti bisa-bisa Anda tertidur pulas dibuatnya hehehe....

Selamat mencari filmnya yah :D