.jpg)
Adalah
Daigo Kobayasi, seorang pemain cello yang tergabung dalam grup orkestra di Tokyo jepang. Dia sangan mencintai cello dan suka dengan pekerjaannya. Mendadak harus menjadi pengangguran, karena orkestranya terpaksa dibubarkan oleh pemiliknya, akibat semakin sedikitnya penonton orkestra di jepang. Lantas harus mencari kerja kemana dan seperti apakah Daigo untuk menghidupi keluarga kecilnya? apakah masih dengan bakat cello-nya?

Daigo pun memutuskan pulang kampung ke tanah kelahirannya di Yamagata. Mika, sang istri tidak keberatan, toh pekerjaanya sebagai web designer bisa dikerjakan dengan mudah di mana pun. akhirnya mereka memulai hidup baru mereka di rumah peninggalan ibu Daigo. Rumah yang kecil dan unik, berisi piringan hitam koleksi bapak Daigo yang masih di simpan Ibu Daigo. Ibu Daigo telah tiada, sedangkan ayah Daigo pergi meniggalkannya pada saat Daigo masih kecil. Daigo masih ingat beberapa kenangan manis tentang ayahnya namun dia tidak ingat wajah ayahnya.
Mencari pekerjaan di sebuah kota kecil tidaklah mudah, akhirnya Daigo tertarik sebuah iklan koran. Perusahaan yang berhubungan dengan
'departures' mencari pegawai. Selintas perusahaan ini seperti agen wisata perjalanan, dan segeralah Daigo melamar kerja di sana. Dan ternyata diluar dugaan pekerjan yang akan dilakoninya ialah menjadi asisten seseorang yang menyiapkan jenazah sebelum dimasukkan dalam peti untuk dikremasi.
*ya jika di indonesia ialah tukang mandikan mayat dan mengkafani jenazah* 
Syok, kaget, takut dan bingung adalah ekspresi Daigo pertama. Bayangkan tugas pertamanya dia harus mendampingi sang bos untuk 'menyiapkan' mayat seorang ibu2 tanpa sanak kalurga yang mati di rumah kontrakannya dan telah membusuk selama 2 minggu. Bayangkan wujud jenazahnya, baunya, kondisinya, belatungnya, yieeekkkkk...... muntah2lah Daigo pada saat ditugasi mengangkat mayat itu..

Bosnya mengganjarnya dengan bayaran mahal 500.000 yen perbulannya. Daigo bimbang antara menjalani pekerjaan "antik"nya ini atau dia mencari pekerjaan lain, namun bayaran yang setimpal itu dia butuhkan untuk menghidupi keluarga. Dijalanilah pekerjaan itu dan dia merahasiakan pekerjaannya dari istrinya.
Daigo bekerja berdasarkan panggilan, jam berapapun itu dan di mana pun itu. kadang subuh2, tengah malam dia harus bekerja, harus pergi ke pelosok desa untuk memenuhi panggilan kematian. Dan Daigo menjumpai banyak klien dan keluarga klien yang bermacam2. Dari sebuah upacara kematian si klien, terbuka seperti apa keluarga mereka, hubungan dengan klien yang meninggal, harmoniskah, di bencikah, ada aibkah, semuanya mau tidak mau harus diketahui oleh Daigo dan sang bos. tapi dengan kondisi seperti apapun jenazah mereka tetap harus menyiapkannya sebaik mungkin, memandikannya, memakaikan kimono kematian atau baju apapun yang akan dikenakan sang klien sebelum dikremasi. Mendandaninya, make up, mencukur kumis dan jenggot jenazah. Semua itu ada upacaranya.

Saya suka sekali dengan film ini, selain menjadi tahu satu lagi budaya dari jepang yang unik, juga menyadarkan saya jadi tukang mandikan mayat itu juga sebuah pekerjaan halal dan mulia.
Di film ini diceritakan tentang penolakan keluarga dan lingkungan masyarakat dengan profesi ini, mereka menganggap profesi ini gak normal. Banyak orang yang memandang rendah pekerjaan ini, orang2 berpikir jika yang mengerjakan pekerjaan ini terpaksa karena tidak ada pekerjaan lain.

Profesi ini tidak mudah, bukan hal sepele, dan sedikit orang yang tertarik menekuni, padahal kematian pasti datang setiap harinya dan setiap detiknya. Lalu setelah meninggal akan diapakan jenazah? langsung dikubur, dikremasi, dilarung? gak begitu juga kan? Pasti ada upacara dan prosesinya berdasar adat, agama, kepercayaan. Siapa yang akan kita kontak jika terdapat musibah seperti itu? Sementara hati berduka, tiba2 harus mengurusi kematian seseorang yang kita cinta. Untuk inilah ada profesi pengurus kematian, tukang mandikan mayat, tukang kubur mayat, tukang kremasi. Profesi yang mulia dan tinggi derajatnya diantara profesi yang lain.

Tonton deh film ini, coba dicari dvdnya, dibeberapa tempat sudah ada yang jual, saya kebetulan nonton Okuribito di
Jiffest 2009 ini. Mungkin bisa juga dicari link donlotnya kalo mau.
Departures (おくりびと, Okuribito) film jepang produksi tahun 2008, sutradara
Yōjirō Takita. Memenangkan
Academy Award for Best Foreign Language Film di
Oscars 2009. Dan meraup pemasukan $61,010,217 di Japan pada bulan April, 2009. Film ini bikin saya mewek di beberapa scene yang memang mengharukan dan bikin saya tertawa juga di beberapa scene karena konyol dan lucu. Durasinya memang panjang 131 menit, 2 jam lebih! tapi dijamin tidak membosankan apalagi jika dihibur dengan alunan cello sebagai scroring lagu dalam beberapa adegannya. Selamat nonton ya.
