Jumat, 17 Desember 2010

Puisi Sepi

Kesunyian antara padang ilalang dan pasir tepian

Alas rimba di dadaku Tak mengizinkan seorang pun untuk hidup

Air sungai mengalir dalam mata Matahari..

Keselarasan jiwa dan akal menganak tirikan Matahari atas kepalaku

Tangguhnya harapan menghempas di punggung bumi keras

Menyadari kesepian adalah bagian

Dan cinta sama rata cermincermin yang pecah

Kesepian menjauhkan diri dari kebenaran

Nafasnafas kedengkian berhembus satu persatu

Memikul rindu yang antah berantah adalah ketidakberdayaan diriku menerima segala

Pada akhirnya, aku lupa bagaimana

Meminta hati sendiri untuk bicara

Mengunci ruang rapatrapat

Kedap suara kedap nurani

Mengenaskan!

By Ibenk Sablenk-


Ibenk memberi puisi ini tepat pagi hari ini.. puisi ini muncul setelah membaca postingan saya yang berjudul “Sepi”.

Saya merasa senang, tersanjung, meluap-luap bahagia. Tulisan saya yang murung dan terlalu emosional itu bisa mengispirasi orang untuk membuat karya, Ah.. saya memang pengagummu Benk, selalu setiap kata yang muncul darimu bikin saya terdiam, tercekat, karena mengagumi setiap katanya. Indah, pedih, menusuk, dalam, rumit, ada labirin didalamnya namun melegakan. Hahaha mungkin kata2 saya berlebihan… tapi itulah yang saya rasakan.

Sekarang saya tanya padamu Benk, saya atau kamu yang layak di sebut ‘pengagum rahasia’? mungkin saya, mungkin kamu, mungkin kita memang selalu saling kagum… :)