Kesunyian antara padang ilalang dan pasir tepian
Alas rimba di dadaku Tak mengizinkan seorang pun untuk hidup
Air sungai mengalir dalam mata Matahari..
Keselarasan jiwa dan akal menganak tirikan Matahari atas kepalaku
Tangguhnya harapan menghempas di punggung bumi keras
Menyadari kesepian adalah bagian
Dan cinta sama rata cermincermin yang pecah
Kesepian menjauhkan diri dari kebenaran
Nafasnafas kedengkian berhembus satu persatu
Memikul rindu yang antah berantah adalah ketidakberdayaan diriku menerima segala
Pada akhirnya, aku lupa bagaimana
Meminta hati sendiri untuk bicara
Mengunci ruang rapatrapat
Kedap suara kedap nurani
Mengenaskan!
By Ibenk Sablenk-
Ibenk memberi puisi ini tepat pagi hari ini.. puisi ini muncul setelah membaca postingan saya yang berjudul “Sepi”.
Saya merasa senang, tersanjung, meluap-luap bahagia. Tulisan saya yang murung dan terlalu emosional itu bisa mengispirasi orang untuk membuat karya, Ah.. saya memang pengagummu Benk, selalu setiap kata yang muncul darimu bikin saya terdiam, tercekat, karena mengagumi setiap katanya. Indah, pedih, menusuk, dalam, rumit, ada labirin didalamnya namun melegakan. Hahaha mungkin kata2 saya berlebihan… tapi itulah yang saya rasakan.
Sekarang saya tanya padamu Benk, saya atau kamu yang layak di sebut ‘pengagum rahasia’? mungkin saya, mungkin kamu, mungkin kita memang selalu saling kagum… :)